Monday 29 May 2017

PERI KLEPON

children-art-peri-klepon

Dongeng

Airani adalah salah seorang peri yang tinggal di Dunia Peri. Ada banyak peri yang hidup di sana. Semuanya memiliki keahlian masing-masing. Ada Peri Penabur Bibit. Tugasnya adalah menaburkan bibit-bibit tumbuhan di bumi dan menjaga kesuburannya. Ada pula Peri Pelangi. Tugasnya adalah melukis pelangi di langit sehabis hujan.

Seperti semua peri lainnya, Peri Airani juga memiliki satu keahlian khusus. Hanya saja, Peri Airani tidak yakin kalau keahliannya itu istimewa. Karena tak lain dan tak bukan, Peri Airani adalah seorang Peri Klepon.

“Hah? Klepon?”


Biasanya respon para Peri lain begitu sewaktu Peri Airani memberitahu keahliannya. Tentu saja, di Dunia Peri hanya dia seorang yang menjadi Peri Klepon.

“Apa itu Peri Klepon?”

Pertanyaan yang seperti itu akan menyusul.

Sesuai dengan namanya, Peri Klepon berarti Peri yang punya keahlian khusus membuat klepon. Dan kadang-kadang, ada juga yang bertanya,

“Klepon itu apa, sih?”

Bahkan ada yang tidak tahu apa itu klepon. Membuat Peri  Airani sedih saja. Padahal kan klepon adalah kue dari tepung beras ketan berisi gula merah yang baunya wangi pandan dan rasanya enak sekali.

Suatu sore yang mendung, Peri Airani tengah duduk melamun di dahan pohon di atas bukit. Ia sedang berpikir keras. Apa kira-kira yang dapat dilakukannya sebagai seorang Peri Klepon? Rasanya menjadi Peri Klepon tidak dapat menolong siapa pun. Ia sempat berpikir untuk menanggalkan keahliannya itu. Tetapi sebagai konsekuensinya, dia akan kehilangan kemampuannya selama-lamanya. Dan hanya akan menjadi Pembantu Peri. Tugas seorang Pembantu Peri adalah membantu pekerjaan Peri lainnya.

Peri Airani jadi gundah. Di satu sisi, ia ingin sekali menjadi berguna. Namun di sisi lain, dia enggan melepas kemampuannya.

Tiba-tiba terdengar suara Angin yang memanggilnya.

“Peri Airani.”

“Oh, Angin. Ada apa?”

“Kenapa wajahmu terlihat muram begitu?” tanya Angin.

Lalu Peri Airani menceritakan masalahnya. Angin bertiup lembut mendengarkan ceritanya.

“Jadi kamu bingung harus berbuat apa?” tanya Angin. Peri Airani mengangguk. “Hmmm… memangnya menurutmu sebagai Peri Klepon, kamu tidak bisa menjadi berguna?”

“Entahlah. Tapi, rasa-rasanya tidak ada yang butuh bantuan berupa klepon,” jawab Peri Airani lesu.

“Apa kamu suka membuat klepon?” tanya Angin lagi.

“Tentu saja aku menyukainya. Hanya saja sekarang aku tidak tahu harus berbuat apa,” jawab Peri Airani.

“Oh, hanya ada satu yang bisa kamu lakukan,” ujar Angin.

Mata Peri Airani tiba-tiba berbinar-binar. Seraya penuh harap ia berkata,

“Kamu tahu apa yang harus kulakukan? Benarkah, Angin? Tolong katakan padaku.”

 Jawaban yang diberikan Angin sungguh diluar dugaan Peri Airani.

“Membuat klepon?” ulang Peri Airani.

“Ya, benar. Teruslah membuat klepon. Itulah keistimewaanmu. Dan bersabarlah. Suatu hari nanti kamu akan tahu mengapa kamu ditakdirkan menjadi Peri Klepon.”

Hari-hari pun berganti. Peri Airani tetap menjadi Peri Klepon. Ia membuatkan klepon untuk teman-temannya sesama Peri. Ia membuatkan klepon untuk binatang-binatang sahabatnya di hutan. Meskipun semuanya menyukai klepon buatannya, Peri Airani tetap merasa ia tidak berbuat banyak.

Hingga suatu hari, Peri Airani mendapat pesan tak biasa. Lonceng Peri miliknya berbunyi!

Biasanya Lonceng Peri akan berbunyi apabila ada kejadian mendesak dan membutuhkan bantuan sang Peri. Namun Peri Airani tak habis pikir, apa benar ada yang butuh bantuan klepon darinya? Begini Lonceng Peri tersebut berbunyi:

“Tolong bantu aku. Turunkan hujan klepon di halaman rumahku.”

Meskipun bingung dengan permintaan tolong itu, Peri Airani segera bergegas. Ternyata permohonan itu disebutkan oleh seorang anak perempuan yang tinggal di sebuah desa kecil. Wajah anak itu tampak murung. Sepertinya ia memang sedang kesulitan dan perlu bantuan.

“Baiklah, akan kuberikan hujan klepon yang istimewa!” seru Peri Airani. Belum sempat ia melakukannya, Peri Airani menghentikan dirinya sendiri.

“Kalau benar-benar kuberikan hujan klepon di halaman rumahnya, sepertinya akan jadi sia-sia. Klepon-kleponnya akan pecah sewaktu jatuh ke tanah. Gula merah cairnya akan tumpah. Lagipula klepon itu akan jadi kotor. Kleponnya jadi tidak bisa dimakan. Bagaimana ini?”

Akhirnya Peri Airani memutuskan untuk menyelidiki terlebih dahulu. Apa penyebab anak perempuan itu memohon hujan klepon. Belum pernah ada orang yang punya keinginan demikian.

Karena seorang peri tidak dapat dilihat oleh mata manusia, maka anak perempuan itu tidak tahu kalau Peri Airani sedang mengintip lewat jendela kamar tidurnya.

“Bagaimana ini? Apa aku harus bilang ke ibu? Tapi kasihan ibu. Kasihan sekali,” gumam  anak tersebut. Dia sedang duduk di atas tempat tidurnya sambil menangis. Di hadapannya ada keranjang dari anyaman. Anak perempuan itu menatap sedih pada keranjang yang kosong itu.

“Bagaimana ini? Padahal ibu sudah susah payah membuat klepon-klepon itu. Ibu juga menyisihkan uang belanjanya demi membuat klepon itu. Kasihan ibu,” anak itu menggumam lagi. Kemudian sambungnya, “Kasihan juga Kakek Suryo. Hidupnya susah. Ia juga hidup sendirian. Kue klepon itu pasti sudah sangat ia harapkan. Aku sudah kepalang memberitahunya kalau ibu akan membuatkannya klepon. Tapi klepon-klepon itu sekarang sudah tidak ada. Aku ceroboh sekali sampai kleponnya jatuh dan jadi rusak.”

Peri Airani manggut-manggut. “Oooo… jadi begitu.” Dari balik jendela ia tersenyum memandang si anak perempuan. “Anak perempuan yang baik hati. Baiklah, kalau begitu akan kuganti klepon-klepon yang rusak itu. Tapi bukan dengan cara menurunkan hujan klepon.”

Peri Airani jadi terkikik sendiri. Anak perempuan itu tentu sangat sedih sampai-sampai minta diturunkan hujan klepon.

Karena lelah menangis, anak perempuan itu terlelap sesaat. Ketika ia terbangun kembali, tiba-tiba keranjangnya sudah penuh dengan kue klepon. Ia sungguh terheran-heran. Namun juga penuh syukur.

Peri Airani merasa lega. Dan rasanya sungguh bahagia sehabis berbuat kebaikan. Ternyata apa yang dikatakan Angin memang benar. Apa yang dimiliknya sekarang sudah istimewa. Ia tidak perlu mengubah dirinya menjadi seperti orang lain. Menjadi seorang Peri Klepon ternyata sangat istimewa. Bahkan, sekadar sebutir kue klepon pun bisa menjadi sangat berharga bagi seseorang.


Cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid

No comments:

Post a Comment