Monday 9 June 2014

MANTRA UNTUK DODO

ilustrasi-fabel-dongeng-cerita-anak-bergambar

Fabel

Hari ini Dodo si tupai merasa sangat galau. Entah mengapa tiba-tiba semua teman-temannya jadi tidak mengacuhkannya. Ia baru saja dari rumah Jojo si beo. Mulanya mereka bermain layangan. Layangan Dodo putus dan menyangkut di pohon kelapa. Karena Jojo bisa terbang, Dodo meminta Jojo untuk mengambilkannya. Jojo malah melengos pergi dan sejak itu mereka tidak bertegur sapa lagi. Dodo sungguh-sungguh tidak mengerti.



Hari sebelumnya Dodo bermain dengan Kinai si kijang. Mereka bermain kejar-kejaran. Karena kurang berhati-hati, Dodo terjatuh hingga kakinya luka. Karenanya Dodo jadi kesulitan berjalan. Kinai menawarkan bantuannya. Dia akan menggendong Dodo sampai ke rumah. Dodo senang sekali. Ketika mereka sudah sampai di rumah Dodo, Kinai tidak segera pulang. Dia seperti sedang menunggu sesuatu. Dodo tidak tahu apa mau Kinai. Kijang itu juga tidak memberitahu Dodo. Namun tiba-tiba Kinai jadi cemberut dan pergi begitu saja. Dodo sangat kebingungan dibuatnya.

Di lain waktu, Dodo bermaksud hendak mengunjungi Sisi si kelinci. Dodo sangat senang bermain di lubang tempat tinggal Sisi. Biasanya ia sering melompat keluar masuk ke sana. Kadang-kadang mengejutkan Sisi yang sedang membaca buku. Lalu mereka berdua akan berlomba melompat keluar-masuk lubang. Namun hari itu tiba-tiba Dodo mendapati lubang tempat tinggal Sisi si kelinci terdapat pintu baru. Dan pintu itu terkunci. Tidak seperti biasanya. Dodo jadi tidak bisa melompat masuk ke sana. Ia mencoba memanggil Sisi, namun kelinci itu tidak keluar juga dari lubangnya. Dan mulai saat itu, lubang tempat tinggal Sisi tidak pernah lagi terbuka untuknya.

Dodo betul-betul kesepian sekarang. Dia tidak punya lagi teman untuk bermain bersama. Termasuk Mumu si bunglon juga menjauhinya. Biasanya mereka suka bercanda. Karena Mumu bisa mengubah warna tubuhnya mirip dengan lingkungan ia sedang berada, Dodo sering salah mengira. Kalau mereka bermain petak umpet, Dodo selalu saja kalah karena Mumu bisa bersembunyi dengan sangat baik. Akhirnya Dodo melatih matanya agar bisa membedakan yang mana batu, yang mana Mumu. Dodo pun berhasil. Mumu pun tak bisa lagi bersembunyi dari Dodo dengan berpura-pura menjadi batu. Suatu ketika mereka bermain petak umpet, Dodo pura-pura tidak mengenali batu di depannya. Dengan sengaja ia melompat ke atas si batu. Batu tersebut berteriak karena terkejut dan sakit.

“Kenaaaaa!” seru Dodo lalu tertawa-tawa.

Si batu tak lain adalah Mumu yang sedang menyamarkan diri. “Aduh, Dodo. Jangan melompat ke arahku begitu,” kata Mumu.

“Salah sendiri pura-pura jadi batu,” jawab Dodo.

“Tapi kan cara bermainnya bukan begitu,” keluh Mumu.

“Ah, Mumu. Sudah, yuk, kita main lagi,” ajak Dodo. Sayang sekali, Mumu menolak. Dan setelahnya ia terus menolak kalau Dodo mengajaknya bermain.

Hati Dodo betul-betul sedih. Sayangnya rasa sedihnya tidak cukup sampai di situ saja. Dodo berhasil mengetahui kalau semua teman-temannya itu bermain bersama, bahkan berencana jalan-jalan ke air terjun tanpa mengajaknya.

Di tengah kegalauannya, tiba-tiba seekor kura-kura datang menghampirinya.

“Oh, Pak Odi,” kata Dodo sedikit kaget. Pak Odi adalah seekor kura-kura yang sudah sangat-sangat tua dan bijaksana.

“Kamu terlihat sedih,” kata Pak Odi.

“Ya, semua teman-temanku meninggalkanku. Mereka tiba-tiba saja tidak mau lagi main denganku.”

“Kamu tahu alasannya?” tanya Pak Odi. Dodo hanya menggeleng. Lalu Dodo si tupai menceritakan terakhir kali ia bermain dengan teman-temannya. Pengalaman bermain terakhirnya bersama Jojo, Kinai, Sisi dan Mumu.

Pak Odi manggut-manggut. Lalu katanya, “Kurasa aku bisa membantumu.”

“Benarkah?” tanya Dodo penuh harap.

“Aku punya beberapa mantra. Kalau kamu ucapkan pada teman-temanmu, bisa membuat mereka kembali menjadi teman-temanmu.”

“Mantra?” ulang Dodo tak yakin.

“Ya. Kata-kata yang sangat ajaib.”

Akhirnya Dodo pun setuju. Ia menyimak baik-baik penjelasan Pak Odi. Setelah merasa telah mengingat semua pesan Pak Odi, Dodo pun berangkat mencari teman-temannya.

Yang pertama ditemuinya adalah Mumu si bunglon. Dodo tak sengaja melihatnya sedang menyamarkan diri menjadi sewarna semak-semak.

“Mumu,” panggil Dodo. Namun Mumu bergeming. Ia tetap menyamar menjadi semak.

“Mumu,” ulang Dodo. Lalu ia teringat mantra yang telah diberikan oleh Pak Odi. Dodo pun segera mengucapkannya. “Mumu, aku minta maaf.”

Mumu kaget mendengarnya. Perlahan warna tubuhnya kembali normal.

“Apa?” tanya Mumu, ingin sekali lagi mendengar kata-kata Dodo barusan.

“Aku minta maaf karena telah melompat ke atasmu waktu kamu menyamar menjadi batu. Aku sungguh-sungguh menyesal dan tidak akan mengulanginya kalau kamu tak suka aku melakukannya,” kata Dodo.

Mumu tersenyum lebar. “Tentu saja Dodo. Kamu kan sahabatku. Sebetulnya aku sudah lama memaafkanmu. Tapi kamunya saja yang tidak minta maaf.”

Betapa senangnya Dodo. Ternyata Pak Odi benar. Kata-kata ajaib yang diajarkannya sungguh berhasil. Dia dan Mumu kembali menjadi sahabat.

Berikutnya Dodo pergi mencari Sisi di lubangnya. Seperti biasa lubang itu tertutup dan terkunci. Dodo menarik napas dalam-dalam, lalu mengucapkan mantra berikutnya,

“Permisi, Sisi. Apa aku boleh melompat masuk?”

Bukan main takjubnya Dodo. Tak menunggu lama pintu itu segera saja terbuka. Muncul Sisi si kelinci di baliknya. Ia tersenyum sambil merentangkan dua kaki depannya lebar-lebar.

“Tentu saja Dodo. Kamu boleh melompat masuk ke sini,” kata Sisi.

“Tapi… tapi selama ini pintunya selalu tertutup setiap kali aku ke sini…” kata Dodo agak tergagap.

“Itu karena kamu tidak minta izin dulu. Kalau kamu minta izin seperti sekarang, tentu aku izinkan. Aku hanya tidak suka kalau kamu melompat masuk tiba-tiba tanpa bilang-bilang. Kadang-kadang aku sedang konsentrasi membaca. Jadinya kan kaget.”

Dodo dan Sisi pun melompat-lompat masuk ke dalam lubang. Senangnya hati Dodo.

Setelah itu Dodo pergi menemui Kinai si kijang. Saat itu Kinai sedang berada di tepi sungai sambil minum. Dodo pun bersiap menyebutkan mantra ketiganya.

“Kinai, aku mau berterima kasih sama kamu.”

“Hah?” kata Kinai melongo.

“Iya. Aku mau berterima kasih karena sudah menggendongku pulang. Waktu kakiku sakit.”

“Ah, Dodo. Kamu kan sahabatku. Tentu saja aku harus membantumu,” kata Kinai. Dan segera saja ia mengajak Dodo main lomba lari. Dodo pun segera menyambut dengan senang hati ajakan tersebut.

Terakhir Dodo pergi ke tempat Jojo si Beo. Ketika Jojo melihat kedatangan Dodo, ia hendak terbang menghindar. Untung Dodo cepat-cepat mengucapkan mantra terakhirnya.

“Jojo, tolong jangan pergi! Tolong, tetaplah jadi sahabatku.”

Mendengar kata-kata ajaib itu Jojo pun terkesima. Ia menoleh menatap Dodo namun tidak sanggup berkata-kata. Dodo segera memanjat pohon menuju dahan tempat Jojo bertengger.

Dodo sudah hendak mengatakan sesuatu. Namun dahan tempat mereka berdiri tiba-tiba mengeluarkan bunyi derak. Dan tanpa bisa dicegah dahan itu pun patah.

Dodo melesat jatuh ke tanah. Sakitnya tidak seberapa. Namun salah satu kakinya jadi terjebak di semak-semak.

Nasib Jojo tidak lebih baik. Ia memang tidak jatuh ke tanah. Namun salah satu kakinya juga tersangkut di sulur-sulur tanaman. Jadinya Jojo bergelantungan di atas dengan posisi terbalik.

Dan di waktu yang bersamaan, keduanya mengucapkan mantra,

“Teman, bisa tolong bantu bebaskan kakiku?”

Mendengar masing-masing mengucapkan kata-kata yang sama dan di waktu yang bersamaan, keduanya segera saja tertawa.

Dodo sungguh lega. Mantra yang diajarkan oleh Pak Odi telah mengembalikan semua sahabatnya.

Pak Odi yang sudah mengawasi Dodo sejak tupai itu menemui Mumu si bunglon, tersenyum sambil manggut-manggut. Dodo sampai kehilangan sahabat-sahabatnya sebetulnya bukan karena ia sangat bandel. Hanya saja Dodo tidak pernah mengucapkan mantra yang sangat diperlukan dalam kehidupan.

Sebelumnya Dodo tidak pernah mengucap kata “tolong” setiap kali meminta bantuan. Dodo juga tidak pernah mengucapkan “terima kasih” kepada teman yang baru saja menolongnya. Ia juga suka menyelonong masuk ke rumah temannya tanpa bilang “permisi” dan tanpa diberi izin masuk oleh si empunya rumah. Dan yang paling parah, Dodo tidak pernah berkata “maaf” setiap kali ia berbuat kesalahan. Karena sikap Dodo yang selalu seperti itu, teman-temannya lama-lama jadi jengkel.

Namun setelah Pak Odi si kura-kura menasihatinya, Dodo pun sadar. Sekarang ia selalu menyertakan kata “tolong” bila meminta bantuan. Dia juga tidak lupa bilang “terima kasih” setelah ditolong. Dodo tidak sembarangan lagi masuk ke rumah orang lain tanpa “permisi”. Dan ia segera minta “maaf” kalau ia berbuat salah.

cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid

2 comments: