Sunday 11 May 2014

POPO SI ITIK PENARI

ilustrasi-dongeng-cerita-anak-bergambar

Dongeng

Popo adalah seekor itik kecil yang tampan. Bulunya sangat halus dan berkilau. Banyak itik yang iri padanya. Namun banyak pula yang mengaguminya.


Popo tidak tinggal di sebuah kandang yang hangat. Tidak pula di tengah-tengah sebuah keluarga. Popo tinggal sendirian di bawah bentang langit nan luas. Tak seorang manusia pun memeliharanya. Popo tidak memiliki teman. Malah Popo tidak pernah berusaha berteman dengan siapa pun. Bukan karena bulunya yang indah membuat Popo jadi besar kepala. Namun Popo menyukai sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh itik lainnya. Hal ini menyebabkan Popo berbeda dan membuatnya menjadi spesial. Sesuatu itu adalah musik.

Popo sangat menyukai musik. Dia bisa menghabiskan waktunya seharian penuh hanya untuk mendengarkan irama aliran sungai. Bukannya berenang seperti itik-itik lainnya.

Ketika angin bertiup, Popo akan memejamkan matanya. Dia dapat mendengar suara nyanyian angin. Karena kelakukannya ini, seekor itik bertubuh besar berkata,

“Itu tidak masuk akal. Tidak ada itik yang bisa mendengar angin bernyanyi. Bahkan angin tidak bernyanyi.”

Mendengar itu Popo hanya tersenyum. Ketika angin sekali lagi bertiup, Popo pun menari. Ia menggerakkan sayapnya seirama suara angin. Si itik besar jadi jengkel melihatnya. Karenanya ia mengatakan kepada itik-itik lainnya bahwa Popo berbohong. Popo tidak mungkin bisa mendengar suara angin. Ia hanya membual agar menjadi pusat perhatian.

Apa yang dikatakan itu tentu saja tidak benar. Popo tidak pernah berbohong. Dia sungguh-sungguh bisa mendengar irama aliran sungai. Dia juga bisa mendengar nyanyian angin. Semua itu ada di dalam kepalanya.

Suatu hari, telinga Popo menangkap bunyi yang baru. Ia jadi penasaran. Bunyi ini terdengar asing. Aliran sungai atau embusan angin belum pernah terdengar seperti ini. Popo pun mengikuti bunyi yang terdengar sangat indah tersebut.

Saat kaki-kakinya melangkah, Popo tidak tahu kalau sesuatu yang luar biasa akan terjadi dalam hidupnya.

Setelah berjalan tak seberapa jauh, Popo bertemu dengan seorang kakek. Laki-laki berambut putih itu sedang duduk di balik jendela yang terbuka sambil memainkan sesuatu. Bentuknya mirip gitar, namun ukurannya lebih kecil. Popo tidak tahu namanya.

“Alat musik apa yang sedang Kakek mainkan?” tanya Popo. Sang kakek berhenti bermain. Dia menoleh dan mendapati seekor itik kecil yang tampan.

“Halo, itik kecil. Kamu suka suara ukulele ini? Ini hadiah kejutan dari cucuku. Sewaktu aku berulang tahun yang ke seratus. Mau bernyanyi bersama-sama?” kata si kakek. Lalu jari-jarinya yang keriput mulai menari-nari di atas senar ukulele. Si kakek juga menyanyi. Betapa senangnya Popo. Langsung saja ia menari riang.

Namun tiba-tiba suara ukulele berhenti. Seorang gadis kecil menghampiri si kakek. Dia membawa segelas air putih. Katanya,

“Kakek, waktunya minum obat.”

“Maaf, itik kecil. Kita lanjutkan lain waktu, ya.”

Si gadis kecil menutup jendela. Popo memutuskan untuk kembali besok di waktu yang sama.

Keesokan harinya ketika Popo kembali lagi, si kakek tidak berada di balik jendelanya. Bahkan jendelanya tertutup. Tidak terdengar pula permainan ukulelelnya. Popo menunggu. Lama sekali ia berdiri di situ. Namun jendela itu tetap saja tertutup. Popo sangat kecewa.

Tidak putus asa, besoknya Popo kembali lagi. Alih-alih bertemu si kakek, Popo malah bertemu dengan seorang anak laki-laki yang mengejarnya tanpa alasan. Karena ketakutan, Popo pun berlari. Namun anak laki-laki itu terus mengejarnya.

“Apa salahku?” teriak Popo.

Malang sekali, anak laki-laki tersebut berhasil menangkap Popo. Sekeras apapun usaha Popo untuk membebaskan diri, ia tidak berhasil.

Popo dibawa ke dekat parit besar. Dan ia pun dilemparkan ke dalam parit tersebut.

Popo membiarkan dirinya saja hingga akhirnya ia sampai ke sungai. Di sana ia bertemu dengan anak laki-laki lainnya. Seorang anak bertubuh agak gemuk dan memiliki senyum yang ramah. Dia terlihat senang dengan kedatangan Popo.

“Apa yang sedang kamu lakukan di pinggir sungai?” tanya Popo.

“Hari ini cerah sekali. Tapi sayang, dari tadi memancing aku belum dapat ikan seekor pun,” kata si anak laki-laki. Dia meletakkan alat pancingnya. Merogoh ke dalam saku celananya dan mengeluarkan benda kecil berbentuk persegi panjang berwarna silver.

“Mau mendengarkan permainanku? Aku pandai memainkan harmonika.”

Ia pun memainkan lagu bernuansa ceria dengan harmonika. Popo sangat takjub. Segera saja ia menari tak kalah ceria.

Sejak saat itu kehidupan Popo pun berubah. Ketika si anak laki-laki menyadari kalau Popo dapat menari seiring irama musik, ia pun mengajak Popo berkolaborasi. Berdua, mereka pun mulai mengadakan pertunjukan. Popo sangat senang karena akhirnya ia bisa menemukan teman yang dapat berbagi kesamaan dengannya.

cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid

No comments:

Post a Comment